AKHIR HIDUP YANG BAHAGIA

Kalau diberi kesempatan untuk menentukan usia, Anda mau hidup sampai usia berapa?

60 tahun? 70 tahun? 85 tahun? 100 tahun? 120 tahun? Berapapun…..

Setelah mencapai usia itu lalu apa lagi? Ujung-ujungnya hidup tetap akan berakhir. Kematian menanti setiap insan. Sebuah kepastian yang tak dapat dipungkiri. Gerbang akhir kehidupan itu akan terus terbuka dan semua orang pasti akan memasukinya.

Lihatlah anggota keluarga kita yang ada saat ini? Diantara mereka siapakah yang setahun yang lalu, beberapa bulan yang lalu atau beberapa hari yang lalu masih bersama kita, namun kini telah tiada. Entah itu ayah, ibu, anak, suami, istri, ataupun sanak saudara. Masih terbayang senyum manis mereka saat bercengkrama, obrolan akrab penuh canda, melakukan sesuatu bersama dalam suasana penuh kekeluargaan. Tapi kini dimanakah mereka? Hanya kenangan yang tersisa. Batu pusara menjadi saksi bahwa mereka pernah menjadi penduduk dunia.

Kita pun akan seperti itu. Kematian bukan hanya milik orang lain. Suatu ketika ia akan datang menjelang, mengambil nyawa, dan itulah akhir kehidupan kita.

Di suatu waktu, yang menjemput kita di sekolah bukan lagi ayah atau ibu, mungkin saja paman atau keluarga yang lain. Sebab mereka berdua telah dipanggil pulang oleh Allah.

Di suatu waktu, tak ada lagi hidangan masakan istimewa dari istri tercinta, tak ada lagi canda tawa penuh bahagia. Tak ada lagi saat-saat bercengkrama yang sangat mengesankan. Sebab sang istri telah kembali pulang ke negeri asal.

Di suatu waktu, tak terdengar lagi suara anak-anak kita yang tersayang. Tak terlihat lagi senyum ceria mereka, aktifitas yang menggemaskan, atau rengekan penuh kemanjaan. Tempat tidurnya telah kosong. Sebab malaikati izrail telah datang menjemputnya.

Di suatu waktu, tak ada lagi suara ibu yang penuh kasih sayang dan terdengar sedikit berubah seiring usianya yang semakin menua. Tidak ada lagi belaian yang tulus dari tangan penuh kerja keras, menjaga kita sejak belia. Tak ada lagi tatapan cinta yang tampak dari kedua mata, yang senantiasa begadang, sangat perhatian, dan sering mencucurkan air mata untuk kesuksesan hidup kita.

Di suatu waktu, kita pasti akan mendengar suara sanak saudara, keluarga dan masyarakat sekitar yang datang melayat, melaksanakan shalat jenazah, memanjatkan doa-doa, menyampaikan pesan-kesan dan kenangan tentang almarhum yang kini telah terbujur kaku terbungkus kain kafan, yaitu diri kita.

Mereka membawa kita ke liang lahat, menimbuni kita dengan tanah, kemudian meninggalkan diri kita sendirian di tanah pekuburan. Mungkin akan terdengar sedikit isak tangis, tapi lama kelamaan, kesedihan itu mulai hilang. Dan akhirnya kita pun dilupakan.

Beruntung kalau ada yang mau memandikan, mengkafani, menyalatkan, menguburkan, atau mendoakan kita. Sebab saat itu kita tidak bisa apa-apa lagi. Kalau tidak, maka jasad kita hanya akan terbuang begitu saja, menjadi bangkai, santapan burung-burung dan hewan liar.

Bukan persoalan menjaga kesehatan, makan-makanan bergizi, konsumsi vitamin dan suplemen, olahraga yang teratur, dan istirahat yang cukup. Tapi mati adalah mati. Tak bisa dijinakkan oleh apapun juga. Bila waktunya telah tiba, maka cerita hidup di dunia pun berakhir sudah.

Api kebencian akan dibawa mati jika tidak segera diselesikan. Dendam kesumat membara tersimpan di dalam hati. Asap letupannya terwariskan sampaik ke anak cucu, mewariskan keburukan jariyah, menjadi investasi dosa yang terus mengalir walaupun ia sudah berada di alam barzakh.

Penyesalan tak lagi berguna.. Derita dan nestapa sepanjang masa…

Kalau kita yang salah, kenapa tidak mulai meminta maaf? Kalaupun kawan kita yang salah, kenapa tidak mau memaafkan? Sungguh, orang yang terbaik adalah yang paling awal berinisiatif untuk memperbaiki hubungan, memperkokoh tali silaturrahmi, menjaga hubungan yang ada agar tetap harmonis.

Selamat, bila Anda adalah orang yang seperti itu…! Sungguh banyak kebaikan yang telah Anda dapatkan dengan menjaga silaturrahmi.

***

Saudaraku, pernahkah engkau berpikir tentang persoalan besar ini? Itu pasti dan kelak kita pun akan menemui.

Sejak nafar terakhir berhembus sampai ke akhirat nanti, harta kekayaan tak akan berguna. Jabatan sosial hanya menjadi kenangan semata. Semua akan berdampak buruk bagi kita bila ternyata kita memanfaatkannya untuk keburukan, begitupula sebaliknya.

Satu hal yang paling berharga dan menjamin keselamatan kita dalam kehidupan selanjutnya adalah keyakinan tidak ada Tuhan selain Allah. Bila ini bisa kita pertahankan sampai akhir hayat, maka itu adalah alamat bahagia. Namun jika tidak, maka di sana menanti kehidupan yang sengsara.

Perhatikan benar persoalan Lailaaha illallah ini, sebab ia akan menjadi modal kita yang utama. Ucapan ini adalah jaminan utama agar kita dibebaskan dari neraka dan diberikan karunia masuk surga. Rasulullah Saw. bersabda:
إِنَّ اللَّهَ حَرَّمَ عَلَى النَّارِ مَنْ قَالَ : لاََ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ يَبْتَغِي بِذَلِكَ وَجْهَ اللهِ
Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka menyentuh orang-orang yang mengucapan Lailaaha illallah sambil mengharapkan wajah Allah” (HR. Al-Bukhari)

Dalam hadits lain beliau menyatakan:
مَا مِنْ عَبْدٍ قَالَ : لاََ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ ثُمَّ مَاتَ عَلَى ذَلِكَ إِلاَّ دَخَلَ الْجَنَّةَ
Sesugguhnya setiap hamba yang mengucapkan Lailaaha illallah kemudian meninggal dalam keadaan tersebut maka ia akan masuk surga” (HR. Al-Bukhari).

Keutamaan Lailaaha illallah:
• Jaminan keselamatan di dunia dan akhirat
• Cabang keimanan yang paling tinggi “Sesungguhnya iman itu mempunya lebih dari 70 cabang, yang paling tinggi adalah ucapan Lailaaha illallah dan yang paling rendah adalah menghilangkan gangguan dari jalanan” (HR. Muslim)
• Penyebab Husnul Khotimah
• Siapa yang mengucapkannya dengan ikhlas akan diharamkan dari api neraka
• Siapa yang mengucapkannya dengan ikhlas akan diharamkan dari api neraka akan mendapatkan jaminan masuk surga
• Mendapatkan syafaat dari Rasulullah Saw. di hari kiamat. “Manusia yang paling berbahagia dengan syafaatku adalah orang yang mengucapkan Lailaaha illallah ikhlas dari lubuk hatinya” (HR. Al-Bukhari)
• Ucapan tauhid yang membuat hidup kita merdeka
• Ungkapan pengesaan kepada Allah yang menjadikan semua aktifitas kita menjadi lebih bermakna

Leave A Reply

Navigate