DALAM KELAMNYA DOSA

Pengaruh buruk itu, kata Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, antara lain dapat menghalangi turunnya rezeki, menjauhkan pelakunya dengan orang baik, menyulitkan urusan, melemahkan hati, memperpendek umur, merusak akal, hilangnya rasa malu, berkurangnya nikmat, dan mendatangkan azab.

Pengaruh maksiat ini akan langsung terlihat begitu seseorang melakukan dosa. Imam Sufyan At-Tsauri menyatakan bahwa beliau pernah terhalang melakukan shalat malam karena dosa yang beliau lakukan.

Dosa akan memberi dampak buruk bagi kehidupan. Ketika suatu hari anak kita rewel, istri di rumah marah-marah, sikap teman-teman kerja tidak menyenangkan, rezeki sempit, sulit memahami pelajaran, semua pintu peluang tertutup, hati susah, pikiran pun runyam, maka berhentilah sejenak. Bisa jadi ini semua terjadi karena dosa yang dilakukan sebelumnya.

Rasulullah menyatakan bahwa pengaruh dosa akan kehidupan seseorang sampai-sampai pada hewan tunggangannya. Hewannya itu akan bereaksi tidak sebagaimana biasa ketika sebelumnya sang pemiliknya berbuat dosa.

Maka pada masalah rezeki yang sempit, hubungan dengan masyarakat yang rumit, roda kerja usaha yang terseok-seok, semata-mata bukan karena persoalan manajerial, koordinasi, dan lain sebagainya. Perlu evaluasi kembali, jangan-jangan ini karena tumpukan dosa-dosa yang membuat hati kelam dan tertutup melihat peluang dan petunjuk-petunjuk yang semestinya sudah berada di depan mata.

Dosa itu menutup mata hati. Kalau dulu ia bersinar, bercak-bercak dosa itulah yang menutup hati sehingga tidak bisa melihat apa-apa lagi.

Dosa itulah yang membuat usaha kita tidak berkah, menjadikan pekerjaan kita tidak menghasilkan apa-apa. Uang oleh banyak, tapi kalau tanpa berkah hanya akan membawa celaka dan mengundang malapetaka. Atau suatu ketika akan hilang dan entah lari kemana.

***

Waktu di pesantren dulu, saya punya seorang adik kelas yang dulu terkenal cerdas. Ia selalu juara di kelasnya. Saya pernah membimbingnya belajar, dan teman ini cepat paham dan mengerti dibanding teman-temannya yang lain.

Ketika jadi mahasiswa saya heran sekali, dia sering sekali tidak naik gagal ujian. Padahal tidak punya kesibukan apa-apa selain di rumah. Dia tidak naik kelas berkali-kali. Malah adik-adik kelas yang jauh berada di bawahnya kini sudah selesai kuliahnya. Ia masih terus terkatung-katung. Ujung-ujungnya ia drop out dan harus pindah kuliah.

Setelah ditelusuri ternyata ia lebih sering menghabiskan waktu untuk menonton film. Ia memang hanya di rumah saja, tapi sebagian besar waktunya berada di hadapan komputer mengkhatamkan film-film cina yang berjilid-jilid, film-film action dan horor, dan berbagai film lainnya. Bila ia tidak bertobat dari kebiasaan ini, hampir bisa dipastikan masa depannya bisa suram. Sebab untuk menghadapi hidup tidak dengan-dengan film-film itu tapi dengan ilmu pengetahuan, akhlak, dan keterampilan.

Saya juga mengenal seseorang yang diangkat menjadi anak asuh. Satu keluarga, dari bapak-ibu sampai seluruh anak-anaknya perhatian kepada kawan ini. Tapi ia ia menyia-nyiakan kepercayaan ini. Tangannya nakal. Dia suka mengambil barang-barang milik orang lain. Sepatu hilang, uang hilang, barang-barang berharga yang tersimpan hilang. Kejadian ini hampir tidak pernah terjadi sebelum teman ini datang. Setelah ditelusuri, ternyata memang dia yang panjang tangan. Akhirnya ia diminta keluar dari rumah, perhatian, kasih sayang, dan pemberian-pemberian kepadanya selama ini putus.

إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِي قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ وَهُوَ الرَّانُ الَّذِي ذَكَرَ اللَّهُ كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

“Sesungguhnya seorang hamba apabila ia berbuat dosa, maka akan terdapat titik hitam di hatinya. Apabila ia berhenti, beristighfar dan bertaubat, maka hatinya akan bercahaya. Namun apabila ia kembali kepada dosa itu, maka akan bertambah titik hitam itu sampai menutupi hatinya. Itulah Ar-Rân yang disebutkan dalam ayat
“Sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka. Sekali-kali tidak, Sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar tertutup dari (rahmat) Tuhan mereka” (QS. Al Muthaffifin: 14-15)

***

Oleh: Dr. H. Umarulfaruq Abubakar, Lc., M.HI

Leave A Reply

Navigate