MENJAGA BENTENG PERTAHANAN

Suatu ketika ada seorang yang curhat kepada Imam al Ala’ ibn Ziyad tentang was-was yang dia rasakan. Dia seperti tidak putus-putus dirundung oleh godaan setan. Ada syahwat yang terus menggelega di dalam hatinya. Apa kata al Ala ibn Ziyad, “innama matsalu dzalika matsalul bait, yamurru alaihil wushus, fa in kaana fihi syai’un aala ju’ wa illa madha” sesungguhnya perumpaan apa yang menimpamu ini seperti sebuah rumah yang dilewati oleh pencuri kalau di dalam rumah itu ada sesuatu maka pencuri itu akan mampir, tapi kalau tidak maka pencuri itu akan pergi dan berlalu.

Itulah perumpamaan yang disampaikan oleh Imam al Ala ibn Ziyad tentang hati kita, dan pencuri itu adalah setan. Setan itu akan datang ke dalam hati kita, lalu akan bercokol di sana saat ada sesuatu. Apa sesuatu itu? kata Dr. Khalid Abu Syadu, sesuatu itu adalah, “syahwatul jatsimah” ada bisikan-bisikan syahwat, “nadhratul fajirah” pandangan-pandangan dosa, atau rasa hasad, rasa dengki, marah, penyakit-penyakit hati. Inilah barang-barang yang menarik setan yang kemudian dia datang lalu akhirnya masuk ke dalam hati kita.

Sesungguhnya, hati kita inilah benteng pertahanan kita. Ketika benteng ini kita biarkan terbuka, maka setan dan bala tentaranya pun masuk lalu akhirnya mengendalikan diri kita, maka habislah dunia kita, habis pula akhirat kita.
Dari mana setan masuk? “min sittati abwab” dari enam pintu kata para ulama, yaitu: dari kedua mata, dari lisan kita, dari pendengaran kita, dari tangan kita, dari kaki kita, dan anggota tubuh kita. Itulah pintu-pintu setan yang dengannya masuk lalu kemudian mengobrak-ngabrik kehidupan kita.

Ketika setan akhirnya berhasil masuk. Dia membisikkan hal-hal yang tidak baik, yang sesuai dengan sumpahnya, “la uwwiyannahum ajmain” aku akan sesatkan mereka seluruhnya, “illa ibadata minhumul mukhlasin.”

Kita tidak ada jaminan menjadi bagian dari orang-orang yang ‘mukhlasin.’ Yang menjadi orang-orang yang dijaga oleh Allah Swt. Yang dibersihkan dan dijaga kemurnian hatinya oleh Allah Swt. Maka kita perlu berjuang menjaga pintu-pintu masuk setan ini. Menjaga mata kita, menjaga lisan kita, pendengaran kita, hati kita, tangan kita, kaki kita, agar jangan sampai masuk.

Ketika akhirnya setan benar-benar telah masuk di dalam hati kita dan itu bisa kita rasakan, apa yang kita lakukan? Dalam surat al A’raf Allah Swt menyampaikan, “innalladzina at taqaw idza massahum thaaifun minassyaitani tadzakkaru faidza hum mubsyirun” sesungguhnya orang-orang yang bertakwa apabila mereka ditimpa oleh godaan dan gangguan setan, mereka segera ingat, maka mereka pun kembali tersadar.

Dzikir inilah senjata kita dalam menghadapi berbagai macam bujuk rayu dan godaan setan. Ketika godaan itu semakin kuat, ucapkanlah “audzubillahi minassyaitanir rajim”, ketika ada rasa was-was di dalam hati, ucapkanlah “la ilaha illallah,” ketika kita melihat ketakjuban, lalu kita kagum kepada seseorang, kagum pada satu mahakarya, atau kita mulai terpaut kepadanya, ucapkanlah “subhanallah,” lalu ketika kita mulai merasa takut, dihinggapi oleh ketakutan, rasa was-was, ucapkanlah “la hawla wala quwwata illah billah.”

Sesungguhnya dzikir adalah kalimat-kalimat sakti yang memiliki kekuatan untuk menjaga hati kita tetap bersih, tetap murni, tetap terhubung kepada Allah Swt. Maka dalam Alquran surat al Ahzab Allah Swt menyampaikan “Ya ayyuhalladzina amanudzkurullah dzikran katsiran, wa shabbihuhu bukratan wa ashilan” wahai orang-orang beriman ingatlah Allah sebanyak-banyaknya, dan sucikanlah Dia ketika pagi dan sore hari.

Oleh karena itu, marilah kita bersama-sama kuatkan hati kita, kita kuatkan ibadah kita, kita kuatkan keyakinan kita, dan kita hiasi lidah kita, kita hiasi pikiran kita, dengan banyak berdzikir kepada Allah Swt. Semoga Allah menjadikan kita menjadi bagian dari ahli dzikir kepadaNya.

Leave A Reply

Navigate