Ketika kita mendengarkan ceramah tentang manfaat atau fadhilah shalat dhuha, lalu kita pun bersemangat untuk shalat dhuha. Ketika kita membaca tentang keutamaan shalat tahajjud, kita menjadi semangat untuk melaksanakan shalat tahajjud. Ketika kita mendengarkan nasihat tentang sedekah, lalu kita pun menjadi bersemangat bersedekah.
Ini bagus. Tetapi ingatlah itu semua kita lakukan setelah kita melakukan, menyempurnakan hal-hal yang fardhu. Artinya, jangan sampai kita sibuk shalat dhuha, sibuk shalat tahajjud, lalu ketinggalan shalat shubuh, ketinggalan shalat dzuhur, tidak memperhatikan shalat ashar, lalai melaksanakan shalat maghrib, lalu terlambat melaksanakan shalat isya.
Salah seorang sahabat bernama Sulaiman ibnu Abi Hatsmah. Rumahnya berada di antara masjid dan pasar. Suatu ketika khalifah Umar ibn Khattab tidak melihatnya berada di masjid shalat shubuh. Khalifah Umar bin Khattab pun mendatanginya lalu bertemu dengan ibunya. “Ayna Sulaiman” mana Sulaiman, tanya khalifah Umar, kenapa tidak kelihatan pada waktu shalat shubuh. Apa kata ibunya, “Baata Yusallillailah khafatahu shalatussubhi jamaah” sepanjang malam anakku melaksanakan qiyamullail, maka akhirnya dia ketiduran pas shalat shubuh. Apa kata Sayyidina Umar, “La an usyhida shalatassubhi jamaatan ahabbu ilayya min an aqumallailah” aku menghadiri shalat shubuh berjamaah, jauh lebih aku sukai daripada aku melaksanakan qiyamullail sepanjang malam.
Abu Bakar as Shiddiq, khalifah pertama pernah berpesan, “wa’lamu annallaha la ya yaqbalun nafilah hatta tu’addal faridah” sesungguhnya Allah tidak menerima ibadah-ibadah sunnah, kecuali ibadah-ibadah wajib dilaksanakan dengan sempurna. Dalam hadis qudsi Allah Swt menyatakan, “wa ma taqarraba ilayya abdi ahabbu ilayya mimma taraftuhu alaih” dan tidaklah seorang hamba berusaha mendekat kepadaKu lebih Aku sukai dengan cara dia mendekat kepadaKu dengan hal-hal yang Aku fardhukan.
“Al mukminu kayyisun fathin” sesungguhnya seorang mukmin itu cerdas dan cendekia. Ketika kita memilih untuk melaksanakan untuk shalat tahajjud, melaksanakan shalat-shalat sunnah, melaksanakan dhuha, melaksanakan wirid-wirid, melaksanakan hizb-hizb, tetapi ingat jangan sampai melalaikan kewajiban shalat-shalat yang wajib yang difardhukan oleh Allah Swt. Ketika kita ingin bersedekah, bersedekahlah sebanyak-banyaknya, kepada sebanyak-banyak orang. Tapi ingat, sedekah kita yang wajib adalah, memenuhi kebutuhan keluarga di rumah. Memenuhi kebutuhan primer anak dan istri serta orang tua.
Ketika kita ingin melaksanakan puasa-puasa sunnah, laksanakan dengan sebanyak-banyaknya, sebaik-baiknya. Tapi jangan sampai karena ibadah sunnah itu lalu terlalai kita melaksanakan ibadah-ibadah yang wajib.
Para ulama berkata, “Man syagalahul fardhu anil fadhli fa ma’dzuru” siapa yang disibukkan oleh kewajiban lalu tidak sempak melakukan hal-hal yang sunnah maka dia dimaafkan, “wa man syagalahul fadhlu anil fardhi fa magruru” tetapi siapa yang ia disibukkan oleh ibadah-ibadah sunnah daripada ibadah-ibadah wajib, maka sungguh orang tersebut sudah terperdaya.
Semoga Allah membimbing kita di setiap langkah kita dalam kehidupan.