Kita adalah makhluk yang lemah dan penuh kekurangan. Selalu memerlukan pertolongan dan bimbingan dari Allah setiap saat. Alangkah indahnya bila hubungan kita dengan Allah terjalin dengan baik.
Zikir adalah pintu paling agung yang menghubungkan antara Allah Swt. dengan hambanya. Pintu yang selalu terbuka selama tidak ditutup oleh hamba itu sendiri dengan kelalaiannya.
Hasan Al-Bashri pernah berkata, “Carilah kemanisan dalam tiga saat: ketika shalat, ketika berzikir dan ketika membaca Al-Qur’an. Jika kalian menemukannya berarti pintu (kepada Allah) sedang terbuka. Jika tidak, ketahuilah bahwa pintu itu telah tertutup”
Sebuah cerita keteladanan yang baik pernah disampaikan oleh Siti Aisyah Ra. “ Sesungguhnya Nabi Muhammad saw senantiasa berzikir kepada Allah Swt. dalam setiap keadaan.” baik ketika suci, ataupun sedang junub.
Tidak ada satupun yang meriwayatkan bahwa beliau berzikir ketika sedang buang air , akan tetapi beliau telah mensyariatkan kepada umatnya zikir-zikir dan doa sebelum masuk dan setelah keluar dari toilet. Ini menunjukkan perhatian intensif beliau terhadap zikir dan tidak pernah lepas darinya meskipin ketika hendak buang hajat dan sesudahnya.
Saat buang hajat bahwa zikir yang dilakukan dalam hati. Adapun zikir dengan lisan ketika sedang buag hajat hal itu tidak pernah diajarkan Rasulullah serta tidak pernah dilakukan seorang sahabatpun.
Dalam kondisi itu, kita cukup zikir dengan cara merasa malu kepada Allah Swt., merasa diawasi oleh Allah dan menyadari nikmatNya kepada kita dalam kondisi tersebut. Kata Syekh Husain Ya’qub, zikir seperti merupakan zikir yang paling agung untuk waktu tersebut. Karena berzikir dalam setiap kondisi bisa dilakukan dengan jenis-jenis zikir yang sesuai dengan kondisi masing-masing.
***
Disarikan dari Buku 7 Kalimat Thayyibah
Oleh: Ustadz H. Umarulfaruq Abubakar, Lc., M.H.I