Pernahkah kita menghitung jumlah kata yang pernah kita ucapkan? Kalau belum, mungkin kita bisa mencoba bersama-sama seperti yang sering dilakukan oleh Yahya bin Mua’adz, seorang ulama dari kalangan tabi’in. Sampai kini, entah berapa ratus ribu jumlah kata yang kita keluarkan sejak bangun pagi sampai tidur lagi. Begitu mudah lisan ini berucap, bahkan seringkali tanpa dipikirkan terlebih dahulu. Ketika kata belum keluar, ia masih menjadi tawanan kita. Tapi setelah kata itu keluar, kitalah yang menjadi tawanannya. Kita akan menjadi tawanan kata-kata buruk yang kita ucap tanpa sadar, bahkan kata-kata itu akan menjadi penyebab celaka. Kita tidak tau, di antara puluhan juta kata yang sudah terlompat dari lisan kita selama hidup ini, mana di antara kata itu yang akan membawa kita ke puncak surga, atau justru di antara kata itu ada yang menyebabkan kita tercampakkan ke jurang neraka. Apalagi kalau sampai berbohong atau menceritakan kejelakan orang lain dengan maksud agar kawan-kawannya tertawa;…
DAHSYATNYA TASBIH
“Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. dan tak ada suatu apapun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun” (Al-Isrâ’: 44) Sejak matahari terbit sampai terbenam kemudian terbit lagi di hari berikutnya, lalu terbenam dan kembali terbit lagi, tidak putus-putusnya seluruh makhluk alam semesta ini bertasbih kepada Allah Swt. Mereka bertasbih kepada Allah dengan bahasa masing-masing. Burung-burung bertasbih dalam kicauannya, angin bertasbih dalam hembusannya, matahari, bulan, bintang-bintang dan semesta galaksi bertasbih dan memuji Allah Swt. Tasbih tidak hanya menjadi ibadah manusia, malaikat, dan jin saja. Tasbih adalah dzikir seluruh makhluk mulai dari bumi, langit, pohon, tanah, benda mati, tumbuh-tumbuhan, bangunan, kerikil, ikan-ikan, segenap hewan dan makhluk-makhluk yang lainnya. Sungguh banyak hal-hal gaib di luar diri kita yang tidak dapat ditangkap oleh panca indera, padahal semuanya terjadi dan terus berlangsung dalam kehidupan kita…
NUTRISI HATI DAN PIKIRAN
Hati manusia pada hakikatnya membutuhkan nutrisi. Dan nutrisi atau makanan hati itu tidak lain adalah zikir. Rapi dan tidaknya hidup seseorang bergantung pada hatinya. Sebab hati adalah sumber segala inspirasi kebaikan, sekaligus sarang dari berbagai macam penyakit. Pembersihnya adalah dengan banyak mendekatkan diri pada Allah Swt. dengan banyak sujud dengan banyak mensucikan nama Allah Swt. dengan banyak menyebut asma-Nya yang indah. Ada tiga potensi yang dimiliki manusia: potensi jasad, potensi akal dan potensi hati. Nah, ini tidak bisa dipisah pisakan. Potensi akal kalau mau cerdas mau tidak mau harus banyak belajar, banyak membaca, banyak observasi, dan lain sebagainya. Kalau mau sehat secara fisik, harus makan makanan yang halal dan thayyib. Berolahraga yang teratur dan istirahat yang cukup. Ada keberkahan dalam setiap gerak. Lalu apa makanan hati itu? Makanannya adalah zikir kepada Allah Swt. Ketika hatinya sehat maka gerakan tubuhnya akan sehat, kehidupannya pun akan bagus. Pikiran jernih prestasi mudah diraih.…
MENJAGA BENTENG PERTAHANAN
Suatu ketika ada seorang yang curhat kepada Imam al Ala’ ibn Ziyad tentang was-was yang dia rasakan. Dia seperti tidak putus-putus dirundung oleh godaan setan. Ada syahwat yang terus menggelega di dalam hatinya. Apa kata al Ala ibn Ziyad, “innama matsalu dzalika matsalul bait, yamurru alaihil wushus, fa in kaana fihi syai’un aala ju’ wa illa madha” sesungguhnya perumpaan apa yang menimpamu ini seperti sebuah rumah yang dilewati oleh pencuri kalau di dalam rumah itu ada sesuatu maka pencuri itu akan mampir, tapi kalau tidak maka pencuri itu akan pergi dan berlalu. Itulah perumpamaan yang disampaikan oleh Imam al Ala ibn Ziyad tentang hati kita, dan pencuri itu adalah setan. Setan itu akan datang ke dalam hati kita, lalu akan bercokol di sana saat ada sesuatu. Apa sesuatu itu? kata Dr. Khalid Abu Syadu, sesuatu itu adalah, “syahwatul jatsimah” ada bisikan-bisikan syahwat, “nadhratul fajirah” pandangan-pandangan dosa, atau rasa hasad, rasa…