Ramadan itu bulan perlombaan. Berlomba-lomba melakukan kebaikan. Berlomba-lomba menjadi orang baik. Berlomba-lomba menjadi yang terbaik. Tak ada paksaan memang, tetapi, dengan hadirnya Ramadan alam bawah sadar kita selalu mengarahkan kita untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat. Baik itu secara pribadi, atau pun dalam lingkup sosial. Meminjam istilahnya Gus Mus, saleh secara ritual juga saleh secara sosial. Suatu ketika, Rasulullah Saw pernah bersabda kepada para sahabatnya, “Qad ja’akum syahrun ‘adzhimun mubarak” telah datang kepada kalian sebuah bulan yang sangat agung dan penuh berkah. Mengapa? “Futtihat fiihi abwabul jannah” ketika pintu-pintu surga di buka oleh Allah Swt, “wa gulliqat abwabun naar” pintu-pintu neraka ditutup, “wa suffidat sayatin” dan setan-setan dibelenggu. Kita telah berjumpa dengan Ramadan. Bahkan, setengah dari bulan Ramadan telah kita lalui. Jadi, tunggu apalagi. Inilah saatnya kita melipat gandakan setiap perbuatan kita menjadi jauh lebih berlipat ganda dibandingkan bulan-bulan lainnya. Jika melihat jauh kisah tentang para sahabat, para tabiin, para ulama,…