Suatu ketika bunda Aisyah menyembeli kambing. Kemudian beliau menyedekahkan semua daging kambing itu dan menyisahkan paha kambing untuk Rasulullah Saw sebab itu bagian yang paling beliau sukai. Ketika Rasulullah Saw datang, Aisyah berkata “dzahaba kulluha illa katifaha” telah habis semuanya kecuali paha kambing. Kata Rasulullah apa? “baqiya kulluha illa katifaha” semuanya masih ada kecuali paha kambing.
Artinya apa? Bunda Aisyah melihat dengan pandangan dunia, karena memang semuanya sudah tidak ada sebab sudah disedekahkan dan yang tersisa tinggal paha kambing. Tetapi, Rasulullah memandang dengan orientasi akhirat, semuanya masih ada, sebab apa yang kita sedekahkan itu semuanya akan tetap ada bersama kita di hari akhir, sedangkan apa yang kita makan pada akhirnya akan habis.
Rasulullah mengajarkan kepada kita bagaimana melihat sesuatu dengan pandangan akhirat.
Suatu ketika Imam Hasan al Basri diberikan segelas air minum yang dingin. Begitu Imam Hasan memegang gelas itu, beliau langsung pingsan. Ketika dia bangun orang-orang bertanya, apa yang terjadi denganmu wahai Abu Said? Kenapa engkau diberi air minum tapi langsung pingsan? Imam Hasan berkata, “dzakartu ummiyata ahlin naar hiina qalu li ahlil jannah, an afibu alaina minal ma’ aw mimma razaqakumullah” sungguh saat itu saya teringat harapan penghuni neraka saat mereka berkata kepada penghuni surga, tolong berikanlah kepada kami segelas air atau apa yang telah Allah berikan kepada kalian. Ingat penghuni neraka, ingat adzabnya, itulah yang membuatku tidak sadarkan diri lagi.
Kisah yang sama pernah terjadi pada Abdullah ibn Mubarak. Suatu ketika mereka keluar malam, dan di tangan masing-masing ada lampu. Bertiup angin lalu lampunya pun mati. Gelap seketika. Ketika ada seseorang menyalakan lampu, mereka mendapati Abdullah ibn Mubarak dalam keadaan menangis.
Mengapa Abdullah ibn Mubarak menangis? Dia teringat kubur. Dia teringat akhirat. Dia teringat kiamat. Rasa takut kepada Allah Swt itulah yang membuatnya menangis. Apa kata para sahabatnya? “bihadzihil khasyyah fuddila hadzarrajulu alaina” dengan rasa takut inilah Abdullah ibn Mubarak itu mendapatkan tempat istimewa di sisi kami.
Imam Rabiah bin Khafyah satu ketika lewat di tempat pandai besi, yang membakar besinya, dan memukulnya dengan keras. Melihat itu, Imam Rabiah tidak sadarkan diri lagi. Mengapa? Dia teringat bagaimana penghuni neraka yang dibakar, bagaimana mereka yang dipukul. Rasa takut kepada Allah yang sangat kuat seperti ini akhirnya membuat dia tidak sadarkan diri lagi.
Kisah yang lain, pernah suatu ketika Rasulullah Saw diundang oleh Abu Ayyub al Anshari untuk datang ke rumahnya bersama Abu Bakar dan Umar. Mereka disuguhkan daging kambing yang sangat enak. Setelah mereka semua makan, setelah semuanya kenyang, Rasulullah Saw berkata, “wa la tus’alunna yaumadzin anin naim” kelak di hari kiamat kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas nikmat yang kalian lakukan.
Sesungguhnya memandang dunia dengan orientasi akhirat itulah cara pandang orang-orang shaleh, cara pandang orang-orang yang mulia. Marilah kita berusaha untuk memandang sesuatu tidak hanya dari kacamata dunia saja tetapi juga melihat apa konsekuensi akhirat dari apa yang kita lakukan. Dengan demikian kita akan lebih hati-hati dalam kehidupan ini. Cukuplah sebagai pengingat bahwa apapun yang kita lakukan dalam kehidupan ini kelak akan dimintai pertanggung jawaban di hadapan Allah Swt.
“Fa wa Rabbika lanas’alannahum ajmain amma kanu ya’malun” demi Tuhanmu, mereka kelak akan kami tanyai satu-satu atas apa yang telah mereka lakukan dalam kehidupan ini. Kita semua pasti akan dimintai pertanggung jawaban, maka persiapkanlah diri untuk hari yang pasti itu. ketika kita berdiri di hadapan Allah Swt. Semoga Allah merahmati kita semuanya. Aamin