BAB 4: ADAB PENGAJAR DAN PEMBELAJAR ALQURAN (Pertemuan Kelima)

BAB 4, ADAB PENGAJAR DAN PEMBELAJAR ALQURAN

Adab merupakan kunci keberkahan ilmu. Walapun ilmu yang sedikit namun dapat bermanfaat.

Adab Murid terhadap Gurunya

Semua adab seorang guru merupakan adab seorang murid diantaranya yaitu ikhlas, sidiq, jujur, memanfaatkan waktu dengan baik, saling mengingatkan dan lain sebagainya.

Diantara adab seorang murid adalah:

Berusaha sekuat mungkin menghindari sebab-sebab atau hal-hal yang menyebabkan dia lalai dari belajar. Kita tidak bisa mendapatkan ilmu sampai kita memberikan seluruh waktu yang kita miliki. Pelajar harus totalitas dalam belajar dalam menuntut ilmu. Kecuali pelajar ada keperluan tertentu. Contoh dalam disibukkan hal yang melalaikan yaitu jalan-jalan, menghibur diri, dan lainnya.

Khusus bagi pembelajar Al-Qur’an yang ada di pondok atau Rumah Qur’an maka secara khusus harus membersihkan hatinya dari kotoran. Agar hatinya pantas untuk menerima, menjaga, menghafalkan Al-Qur’an serta membuat Al-Qur’an didalam hatinya berbuah dalam kehidupan sehari-hari.

Al-Qur’an itu ibarat makanan atau hidangan dari Allah SWT. Maka tempat untuk meletakkan hidangan harus bersih.

Contohnya ketika kita makan makanan yang lezat namun diletakkan di piring yang kotor. Maka pilihannya kita tidak akan memakan makanan lezat tersebut atau kita memilih untuk tidak meletakkan pada piring yang kotor tersebut.
Al-Qur’an merupakan makanan dari Allah maka sebagai insan harus menyiapkan tempat untuk meletakkan hidangan tersebut berupa hati yang bersih. Insyaa Allah Al-Qur’an akan mudah masuk dan terjaga pada tempat (hati) yang bersih.

Rasullulah SAW bersabda:
Ketahuilah bahwa didalam tubuhi ada segumpal darah. Apabila dia baik maka akan baik seluruh tubuh. Apabila dia rusak maka akan rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah bahwa itu adalah hati. Maka insan harus memperhatikan kebersihan hati.

Ada ulama yang berkata bahwa, hati itu baik untuk ilmu, sebagaimana tanah baik untuk tumbuhan. Hati memang tanamannya ilmu. Maka jangan tanami hati dengan harta, dunia, iri, dan dengki. Maka tanamilah hati dengan ilmu maka hati itu akan berbuah dalam kehidupan sehari-hari.

Para pelajar harus memperhatikan adab dalam menutut ilmu. Seharusnya seorang pelajar bersikap tawadu’ dihadapan gurunya. Dia harus beradab kepada gurunya walaupun usianya lebih muda, kurang terkenal, lebih rendah nasabnya, bahkan kurang kesolehannya dibandingkan dengan dirinya.

Misal ada seorang bapak belajar tahsin kepada seseorang yang seusia dengan anaknya. Maka bapak tersebut harus tetap menghormati gurunya usianya jauh lebih muda darinya.

Hendaklah pelajar tawadu’ terhadap ilmu tersebut. Seorang pelajar dilarang untuk merasa tahu di depan seorang guru. Selama pelajar tersebut tawadhu’ maka dia akan mendapatkan ilmu tersebut.

Para ulama menyatakan bahwa ilmu adalah musuh bagi pemuda yang tinggi hati, sebagaimana banjir tidak akan naik ke tempat yang tinggi. Karena orang disebut alim saat dia terus belajar.

Murid harus tunduk kepada gurunya. Murid harus berkonsultasi tentang seluruh persoalan kemudia menerima saran beliau. Sebagaimana seorang yang sakit kemudian dia berakal tentu dia akan menerima perkataan seorang dokter. Maka tanda orang yang sakit itu berakal.

Cara memilih guru:

Jangan belajar kecuali kepada seseorang yang memiliki kesempurnaan kemampuan. Tampak agama darinya, tampak kesholihan darinya, teruji pengetahuannya, dan termasyur penjagaan dirinya kepada dirinya sendiri.

Imam Muhammad bin Siiri dan Imam Malik bin Annas dan para ulama salaf lainnya. Sesungguhnya ilmu adalah perhatikan dari siapa kalian mengambil agama kalian. Maka kita harus memastikan baiknya seorang guru karena ketika salah memilih guru maka ibadah akan menjadi terganggu.

Seharusnya pelajar memandang gurunya dengan pandangan penuh penghormatan serta meyakini kesempurnaan kemampuannya serta kelebihannya untuk orang yang seangkatannya maka dengan cara memandang guru seperti ini maka akan bermanfaat ilmu yang diajarkan kepadanya.

Para ulama ilmunya berkah karena mempunyai kebiasaan maka setiap mereka mau pergi belajar maka mereka bersedekah dengan sesuatu lalu berkata Allahummastur a’iba mu’alilimi YaAllah tutuplah dariku aib guruku. Jikalau guruku penuh kekurangan maka jangan perlihatkan kepadaku sekecil apapun kekurangan dari guruku supaya beliau tetap yang terbaik didalam hatiku supaya tetap yang termulia didalam pandanganku. Maka jangan hilangkan keberkahan ilmunya dariku.

Doa seorang murid kepada gurunya:
Allahummastur a’iba mu’alilimi wa tudhib barakata ilmi minni

Imam Ar-Robi beliau berkata: saya tidak berani minum air sementara Imam Syafi’i sedang melihat ke arahku.

Ali bin Abi Talib beliau berkata di antara kewajiban guru yang harus engkau tunaikan adalah ketika datang ke suatu tempat engkau memberi salam kepada semua orang dan memberi salam secara khusus kepada guru.

Jika kita belajar itu adabnya berhadapan dengan guru, jangan menunjuk-nunjuk, mengolok-olok dengan mata, dan jangan membantah pendapat guru dengan membawa nama orang lain. Murid dapat membandingkan penjelasan guru hanya dalam forum diskusi atau forum bertukar pendapat. Murid dilarang menggibah teman atau menggibah guru yang lain.

Jangan memaksa guru untuk mengajar saat beliau dalam keadaan malas dan tidak bugar.
Jangan pernah bosan berteman dengan guru sampai kapanpun.
Seperti yang diisyaratkan Ali Bin Abi Talib, kalau dia dapati orang berbicara buruk tentang gurunya maka dia harus membela gurunya. Ketika dia tidak mampu menjawabnya maka hendaklah dia meniggalkan mejelis tersebut.

Hendaklah bertemu guru dalam keadaan siap atau suci sudah bersiwak dan hatinya sudah bersih serta tidak terbebani oleh hal-hal yang mengganggu proses belajar.

Wallahua’lam bishshowab.

***

Q&A

Q: Bagaimana kiat-kiat menerapkan adab murid (hal-hal yang tidak boleh dilakukan) terhadap seorang guru di sekolah negeri?
Kiat-kiat menerapkan adab-adab murid kepada guru

A: Memperbanyak komunikasi adab seorang murid kepada murid. Misalkan pembinaan adab satu jam sebelum pembelajaran dimulai. Atau bisa diterapkan/ diselipkan pada pembelajaran. Atau kajian khusus untuk para guru tentang pentingnya pembinaan ada pada anak didik. Misalkan pada suatu sekolah setiap pagi membaca kitab masing-masing agama. Karena dari sekolah percaya bahwa hal tersebut akan menumbuhkan akhlak yang baik. Serta meramaikan masjid dengan sholat dhuha dan lain-lain.

Q: Apakah sikap yang dijelaskan tadi juga harus diterapkan pada ketua kelas dalam kelompok-kelompok belajar. Seorang murid tidak boleh membandingkan pendapat maksudnya seperti apa?

A: Maka kepada ketua kelas kita harus hormat. Walaupun ketua kelasnya lebih muda, tidak terkenal, kebangsawannya kurang bahkan kurang sholih.
Perbedaan pendapat: maka kita harus membedakan majelis ilmu dan majelis diskusi. Dalam majelis ilmu maka jangan memotong pembicaraan dan itu sifatnya bertanya bukan menyudutkan atau menyalah-nyalahkan.

•°•°•°•°•°•°•°•°•

Baarakallahufikum🌸🌼

Leave A Reply

Navigate