Berapapun hafalan yang kita miliki, maka bacalah ia di dalam shalat.
Dengan demikian hafalan kita akan menjadi lebih lancar dan bervariasi. Dengan memvariasikan bacaan ini orang akan selalu merasakan susana baru. Dia akan selalu berpindah kepada kandungan berbagai ayat dan dzikir.
Hal ini tentu tidak akan bisa dilakukan oleh orang yang hafal doa-doa dan ayat-ayat tertentu saja. Memvariasikan bacaan, baik ayat maupun doa termasuk sunnah Rasulullah Saw. dan juga akan bisa menyempurnakan kekhusyu’an.
Syekh Shalih Al-Munajjid menyatakan bahwa dalam membaca surat Rasulullah Saw. melakukan banyak variasi.
Sebagai contoh dalam shalat shubuh kita temukan banyak riwayat yang menyatakan bahwa beliau membaca berbagai surat, seperti surat-surat Al-Mufashsal yang panjang seperti Al-Waqi’ah, Ath-Thur, Qaf dan mufashal yang pendek seperti At-Takwir, Az-Zalzalah dan Al-Mu’awwidzatain (Al-Falaq dan An Naqas).
Beliau juga membaca Surah Ar-Ruum, Yasin, ash-Shaffât. Pada shalat shubuh hari jum’at beliau membaca surah As-Sajdah dan Al-Insan.
Dalam shalat dhuhur beliau membaca pada dua rakaat awal sekitar 30 ayat, dan membaca Surah Ath-Thâriq, Al-Burûj dan Al-Lail.
Pada shalat Asar beliau membac 15 ayat, dan membaca surat yang merupakan lanjutan dari yang dibaca pada shalat dhuhhur. Pada shalat maghrib beliau membaca surat-surat Al-Mufashal yang pendek seperti Surah At-Tiin, Surah Muhammad, Ath-Thur, Al-Mursalat dan lain-lain.
Pada shalat isya beliau membaca surat mufashal yang sedang seperti Adh-Dhuha dan Al-Insyiqaq. Selain itu beliau juga memerintahkan Mu’adz supaya membaca Surah Al-A’la, Al-Qalam, dan Al-Lail.
Begitupula dengan berbagai zikir. Rasulullah Saw. melakukan berbagai variasi dalam bacaan.
Salah satu tujuan kita akan menghafal Al-Qur’an adalah untuk kita baca dalam shalat. Maka segeralah membaca. Sungguh murojaah Al-Qur’an yang paling baik adalah yang kita laksanakan dalam shalat. Terutama dalam Shalat Tahajjud. Semakin banyak hafalan Al-Qur’an kita dan kita baca dalam shalat, semakin beruntung kita.
