HATI-HATI TERPERDAYA

Ada kenikmatan tersendiri ketika kita melaksanakan ibadah. Kenikmatan yang menjadikan kita untuk melakukan ibadah itu sekali lagi. Ada kenikmatan dalam tilawah Alquran, kenikmatan dalam shalat, kenikmatan dalam sedekah, kenikmatan dalam umrah, dalam haji, dan dalam ibadah-ibadah lainnya. Hingga kita pun ingin terus mengulang dan kembali mengulang ibadah tersebut. Tetapi, dari sini kadang-kadang Setan masuk lalu memperdaya kita.
Sehingga kemudian kita merasa lebih dari pada orang lain. Merasa hebat dari pada orang lain. Merasa bahwa kita pantas masuk surga dan orang lain di neraka. Lalu, kadang-kadang kepantasan itu begitu menghujam masuk di dalam hati kita sampai-sampai kita berani memastikan bahwa, “saya yang benar, dia yang salah, saya di surga, dia di neraka.”

Hal ini sangat diwanti-wanti oleh Rasulullah Saw untuk jangan sampai kita lakukan. Dalam kitab al Mathalib al Aliyyah, Ibnu Hajar al Atsqalani meriwayatkan hadis dari Rasulullah Saw, begitu pula Ibnu Batthah dalam kitab al Ibanah bahwa, Rasulullah Saw pernah berkata, “waylul lil muta’alliina min ummati alladzina yaquluna fulanun fin nar wa ana fil jannah” celaka orang-orang yang bersumpah mengatasnamakan Allah dari umatku yang mengatakan, fulan di neraka sedangkan saya di surga.

Sementara dalam hadis riwayat Muslim, Rasulullah Saw juga pernah mengisahkan kepada kita tentang ada seorang yang pernah berkata “lan yagfirallah li fulan” orang itu pasti tidak akan diampuni oleh Allah, lalu kemudian Allah berfirman “wa man yata’alla Alayya alla agfira li fulan” siapa yang berani berkata atas namaKu bahwa Aku tidak akan mengampuni si fulan “Fa qad gafartu lahu wa ahdhadhtu amalak” sungguh Aku telah mengampuni si fulan dan Aku menghancurkan seluruh amal kebaikan yang engkau lakukan.

Artinya, jangan sekali-kali kita berkata, berbuat, mengaku-ngaku sesuatu yang berada di luar kendali kita. Di sinilah pintu masuknya setan. Ini kemudian kita merasa lebih baik dari pada orang lain, sementara orang lain selalu salah dalam pandangan kita.

Di sisi lain, pintu masuk setan memperdaya manusia juga, dari kasih sayang Allah Swt. Kita merasa Allah Mahapengampun, kita merasa Allah menerima taubat, Allah menyayangi hamba-hambaNya. Lalu akhirnya kita merasa berbuat dosa, berbuat nista, berbuat maksiat, “wa nakuna min ba’dihi qauman shalihin” kemudian setelah kita berbuat semua dosa itu, ayo kemudian kita akan menjadi orang shaleh.

Kita berhamba kepada Allah, kita beribadah kepada Allah, mesti waspada dengan godaan setan seperti ini. Agar kita tidak terperdaya lalu akhirnya hancurlah amal perbuatan yang kita lakukan. Karena setan telah bersumpah “la ugwwiyannahum ajmain, tsumma la atiyannahum min bayni aydihim, wa min khalfihim, wa an aymanihim, wa an syama’ilihim, wa lan tajidu aktsaruhum syakirin” setan tidak akan pernah berhenti, tidak akan pernah libur untuk menggoda manusia, menggoda kita semuanya, untuk menjadikan kita sebagai teman-temannya di neraka.

Oleh karena itu kita berlindung kepada Allah Swt dari godaan setan ini, berlindung kepada Allah dari kejahatan nafsu kita, dan kita minta kepada Allah agar selalu menjaga kita dan tidak membiarkan urusan kita diberikan kepada hawa nafsu kita. “wa la taqilni ila nafsi tarrfata ain” dan jangan biarkan aku terperdaya oleh nafsuku walaupun sekejap mata.

Semoga Allah Swt selalu melindungi kita semuanya.

Leave A Reply

Navigate