INVESTASI TERINDAH

Dalam sebuah atsar, kita mendapatkan peringatan yang luar biasa “khudzidzzaat, fa innas safara baid wakhaffifil hamla fa innal bahra amiq” ambillah bekal karena perjalanan kita panjang, ringankanlah bawaan karena sesungguhnya laut ini sangat dalam.

Untuk kehidupan dunia ini kita berpikir menabung, kita berpikir untuk investasi, lalu apakah kita sempat berpikir untuk menabung dan berinvestasi bagi masa depan kehidupan kita yang panjang. Itulah masa depan kehidupan kita di akhirat. Untuk membeli rumah di dunia kita harus menabung, kita harus mengumpulkan uang, lalu bagaimana lagi ketika kita ingin membeli satu mahligai istana di surga, yang luasnya lebih luas dari pada langit dan bumi, yang keindahannya tidak terhingga dan tidak terbeli oleh apapun juga.

Sungguh kita perlu berpikir tentang investasi apa yang bisa kita tanamkan di dunia ini, yang bisa kita usahakan agar sepeninggal kita nanti amal itu akan terus kita dapatkan. Shalat yang kita lakukan, puasa yang kita kerjakan, amal kebaikan yang kita lakukan selama ini semuanya akan terputus begitu kematian datang menjemput.

Lalu adakah amal yang akan terus menerus mengalir kepada kita, menjadi deposit kebaikan, menjadi investasi yang bermanfaat. Saat kita tidak hadir, tidak ada lagi dalam kehidupan kita ini kecuali nama, itu pun kalau masih ada orang yang mau mengingatnya. Rasulullah Saw menyampaikan kepada kita semuanya, “idza matal insan inqata’a amaluhu illa min tsalatsin, shadaqatin jariyah, aw ilmin yantafau bihi, aw waladin shalihin yad’u lahu” apabila manusia meninggal maka terputuslah amalnya kecuali tiga, sedekah yang terus mengalir, atau ilmu yang bermanfaat, atau amal shaleh yang terus mendoakannya.

Untuk mendapatkan ketiga hal ini kita perlu modal. Untuk mendapatkan sedekah jariyah kita perlu uang yang bisa kita infakkan. Sedekah jariyah itu bisa berupa madrasah yang kita bangun, masjid yang kita dirikan, sekolah-sekolah yang bermanfaat, yang ketika orang menggunakan fasilitas itu kita akan terus mendapatkan amal kebaikan. Tetapi kita tidak bisa berinvestasi untuk itu kecuali kita memiliki uang, kita memiliki harta. Maka kita bekerja. Bekerja bukan semata-mata untuk diri kita pribadi tapi kita berpikir untuk kita investasikan setelah kita mati nanti.

Kalau kita cinta kepada harta, kalau kita cinta kepada uang, maka kumpulkanlah uang sebanyak-banyaknya, lalu infakkanlah itu, bangunlah fasilitas umum, yang bermanfaat untuk manusia, bermanfaat untuk masyarakat. Niscaya uang yang kita kumpulkan, harta yang kita usahakan, akan menjadi jauh lebih bermanfaat.

Ilmin Yuntafa’u bihi, Ilmu yang bermanfaat. Ini perlu modal juga. Ilmu akan bermanfaat ketika sebelumnya kita belajar. Maka, bacalah sebanyak-banyaknya. Belajarlah kepada orang yang lebih berilmu, kepada para ulama bertanyalah. Untuk apa kita belajar, untuk kita amalkan, untuk kita ajarkan kepada orang lain. Bangunlah sekolah, perbanyaklah murid-murid, perbanyaklah orang-orang yang bisa mendengarkan kebaikan kita. Sebarkanlah kebaikan itu, dengan tulisan, dengan lisan, melalui berbagai macam media, televisi, media sosial, apa pun.

Untuk apa? Bukan untuk ketenaran pribadi, bukan untuk kemasyhuran, bukan untuk mencari banyak fans, bukan. Tetapi kita berpikir untuk kehidupan kita yang panjang, yang jauh lebih penting dari kehidupan di dunia ini. Ilmu yang bermanfaat untuk kehidupan akhirat.

Waladun shalihun yad’u lahu, anak yang shaleh yang mendoakan kedua orang tuanya. Ini pun perlu modal. Tidak tiba-tiba kita mendapatkan anak yang shaleh. Tidak. Carilah istri yang shaleh, cari suami dan pendamping yang shaleh. Ciptakan kehidupan yang shaleh. Belajarlah tentang ilmu kehidupan rumah tangga. Belajarlah tentang pendidikan anak. Semua ini perlu modal untuk menghasilkan anak-anak yang shaleh itu.

Lalu akhirnya kita Allah berikan karunia anak yang shaleh itu, maka sungguh itu merupakan sebuah keberuntungan yang luar biasa, yang selalu mendoakan kita saat kita tidak berada lagi di dunia ini. Dan kita sebagai anak hendaklah menjadi anak yang shaleh dan bermanfaat bagi orang tua kita.

Setiap selesai melaksanakan shalat, dalam bulan ramadan yang mulia ini, terutama lagi menjelang buka puasa jangan lupa mengkhususkan doa untuk orang tua kita “Rabbigfirli wa li walidayya warham huma kama rabbayani shagira.” Saat kita berdoa untuk orang kita, Insya Allah anak-anak kita pun akan berdoa untuk kebaikan kita.

Leave A Reply

Navigate