Laksana sebuah jurus silat yang handal, hafalan Al-Qur’an akan bermanfaat bila diamalkan. Bila tidak, ia hanya akan menjadi sekedar koleksi pengetahuan namun tidak akan membawa banyak manfaat dalam kehidupan.
Penting untuk kita ingat selalu, bahwa menghafal Al-Qur’an bukan untuk sekedar aksesoris pribadi, agar tampak keren dan hebat di mata orang lain, atau untuk meraih prestasi dan keinginan tertentu.
Sungguh Al-Qur’an jauh lebih mulia dari semua itu. Al-Qur’an yang kita hafal adalah kalamullah. Kita menghafalnya untuk kita amalkan dan berharap semoga rahmat dan kasih sayang Allah turun menghampiri kita karena kita berusaha menghafal kitabnya yang mulia.
Misalnya saat bertemu dengan ayat tentang anjuran berinfak, maka berusahalah menginfakkan sebagian apa yang kita miliki, dengan mengingat-ingat ayat yang berisi perintah berinfak itu.
Seperti ayat-ayat yang terdapat di beberapa halaman pertama juz tiga. Saat menyantuni anak yatim, ingat-ingatlah ayat tentang menyantuni anak yatim seperti yang terdapat dalam Surah Al-Baqarah ayat 220.
Ketika terbetik keinginan untuk ghibah dan membicarakan keburukan orang lain, ingatlah larangan Al-Qur’an dari melakukan hal tersebut, seperti yang ada dalam Surah Al- Hujurat, walaa yaghtab ba’dhukum ba’dha.”

Ketika kita punya orang tua, ingatlah apa yang diperintah oleh Al-Qur’an untuk kita lakukan kepada mereka dalam banyak ayatnya.
Selalu menghadirkan ayat-ayat Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari, menjadikan lebih terdorong untuk menghafal dan meningkatkan hafalan yang kita miliki.
Mengamalkan selain menjadi sebagai salah kewajiban utama kita, ia juga adalah cara terbaik untuk mengekalkan hafalan yang kita miliki, dan membuat kita semakin bersemangat. Semakin dalam kita kita berinteraksi dengan Al-Qur’an, semakin indah rasanya hidup ini.