Ada pesona yang luar biasa dalam rangkaian ayat-ayat ilahi, baik dalam pilihan kata, susunan kalimat, maupun kandungan makna.
Abu Abdirrahman As-Sulami pernah berpesan, “Apabila kami mempelajari sepuluh ayat Al-Qur’an, kami tidak mempelajari sepuluh ayat sesudahnya hingga kami tahu dan paham tentang hukum halal dan haram yang ditunjukkan oleh ayat tersebut, serta perintah dan laranganya”
Pengalaman saya dan juga berdasarkan nasehat guru-guru saya, ternyata menghafal Al-Qur’an dengan berusaha memahami makna ayat sebelumnya menghafal, akan sangat membantu memudahkan proses menghafal. Caranya sederhana, yang paling mudah adalah dengan membaca terjemahan Al-Qur’an sebelum menghafal.
Lebih baik lagi bila kita bisa membaca tafsir singkat yang menjelaskan kata-kata Al-Qur’an, terutama yang asing maknanya bagi kita, seperti Tafsir Jalalain, atau Tafsir yang uraiannya sedikit lebih panjang, seperti Shafwatut Tafaasir.
Kita bisa membaca tafsir ayat per ayat yang akan kita hafal. Lebih bagus kalau kita baca juga keterangan tentang surah yang akan kita hafal. Sebab rangkaian ayat dalam sebuah surat adalah satu kesatuan, yang bagian-bagiannya saling berkaitan dan saling melengkapi.
Setiap surah berkisar pada satu poros, satu tema, dan satu pokok pikiran. Biasanya di kitab-kitab tafsir diawali dengan pembahasan surah, antara lain seperti dalam Tafsir fi Zhilalil Qur’an karya Sayyid Quthub dan Tafsir Ibnu Katsir.
Pemahaman terhadap ayat akan mengokohkan hafalan dan membuatnya bertahan lama dalam ingatan. Ini sangat membantu kita memahami ayat-ayat yang menerangkan kisah dakwah para nabi seperti dalam Surah Hud, Asy-Syu’ara, Al-Qashas dan lainnya, atau kisah perjalanan hidup manusia seperti dalam surah-surah di juz 30, dan ciri-ciri sifat golongan tertentu seperti di awal-awal surah Al-Baqarah.
Kita juga dapat terhindar dari kesalahan penggunaan dhamir seperti huwaa atau hiya, innahu, innaha atau innahum; ya’maluun atau ta’maluun.
Ketika memahami makna ayat, kita akan mudah mengingat bahwa akhir ayat ini adalah ‘Aziizun Hakiim atau Ghafuururrahiim, ‘Alimun Hakiim atau Syakuurun Haliim.
Memahami makna ayat juga akan sangat bermanfaat pada waqaf dan ibtida’, kapan harus mulai dan kapan harus berhenti. Kita salah memulai dapat mengubah arti. Ini dapat kita hindari bila kita memahami apa yang kita baca.
Di samping susunan ayat yang indah dan mudah diingat, ketika memahami makna-makna ayat, maka kita membaca Al-Qur’an rasanya lebih nikmat dan meresap ke dalam hati. Terutama ketika membaca ayat-ayat tentang penciptaan alam semesta, kisah nabi-nabi, atau penciptaan manusia.
Proses menghafal Al-Qur’an menjadi lebih menyenangkan.
Ayo mari kita nikmati sajian ilahi ini…
(Disarikan dari Buku 10 Jurus Hafal Al Quran)