PANGGILAN CINTA DARI ILAHI

Allahu Akbar Allahu Akbar….
Asyhadu An La Ilaha illallah
Asyhadu An La Ilaha illallah
Asyhadu Anna Muhammadarrasulullah
Asyhadu Anna Muhammadarrasulullah
Hayya ‘Alashhalah
Hayya ‘Alashhalah
Hayya ‘Alal Falah
Hayya ‘Alal Falah
Allahu Akbar Allahu Akbar
La Ilaha illallah

Suara itu membelah kesunyian dan menggema dari berbagai penjuru. Bersahut-sahutan dari satu ke mesjid ke mesjid yang lain. Alunan merdu lantunan azan menjadi pertanda waktu shalat telah tiba. Itulah saatnya seorang hamba mengistirahatkan dirinya dari kepenatan duniawi, hiruk pikuk pekerjaan yang tidak berujung, dan kesibukan-kesibukan lain yang menuntut banyak tenaga, waktu dan pikiran.

Panggilan itu bukan panggilan biasa. Itu adalah undangan dari Allah Swt, Sang Pemilik alam semesta. Susunan kalimatnya mengandung makna yang sangat mendalam dan seharusnya mengingatkan seseorang tentang prinsip kehidupannya. Panggilan itu bukan sekedar untaian kata yang dikuamndangkan dari mesjid-mesjid tanpa makna arti. Mungkin karena terlalu sering mendengar, maka setiap kali suara azan itu terdengar ucapan yang terdengar adalah “Oh sudah azan..” lalu berhenti sampai disitu.

Sungguh itu adalah panggilan cinta dari Ilahi kepada hamba-hambanya untuk sejenak menghadap-Nya. Adzan adalah media luar biasa untuk mengumandangkan tauhid terhadap yang Maha Kuasa dan risalah Nabi Muhammad saw.

Betapa mengagumkan suara adzan itu. Ketika azan berkumandang, kaum yang beriman, bergegas meninggalkan seluruh aktivitas duniawi dan bersegera menuju masjid untuk menunaikan salat berjamaah. Simpul-simpul kesadaran psiko-religius dalam otak mereka mendadak bergetar hebat, terhubung secara simultan, dan dengan totalitas kesadaran seorang hamba bersimpuh, luruh dalam kesyahduan ibadah shalat berjamaah.

Secara pengetahuan, barangkali setiap kita tahu bahwa azan itu adalah panggilan untuk shalat. Namun hati ini tidak bisa dibohongi kadang kadang dalam hati terbetik perasaan jengkel dan kesal saat azan berkumandang sementara ada pekerjaan yang belum selesai. Kekesalan itu bukan karena suara azan, tapi kesal kepada diri sendiri kenapa pekerjaan belum diselesaikan saat waktu shalat sudah masuk.

Seharusnya rentang waktu shalat menjadi waktu kerja produktif. Batasan waktu kerja itu adalah ketika azan berkumandang. Kumandang azan adalah saat untuk berhenti dari berbagai kesibukan dan bersiap menghadap ilahi rabbi. Bukannya menjadikan azan sebagai alasan untuk berhenti dari pekerjaan dan memperbanyak istirahat, namun berusaha mengefektifkan waktu dengan baik agar ketika waktu shalat tiba seluruh tugas itu sudah bisa diselesaikan seluruhnya atau sebagian besarnya.

Jadi dalam hal ini, gema suara azan bisa menjadi pengontrol kegiatan dan mendongkrak produktifitas. Ada hasil yang harus dikejar sebelum waktu shalat berikutnya datang. Ada pekerjaan yang mesti diselesaikan dan target yang sudah tercapai ketika azan sudah berkumandang.

Ucapan alhamdulillah keluar dengan puas saat terdengar suara Muazzin dari mikrofon mesjid. Akhirnya pekerjaan ini selesai dan tidak mengganggu pelaksanaan waktu shalat.

Kalau pun ada pekerjaan belum selesai, maka istirahatlah terlebih dahulu. Penuhi panggilan ilahi untuk menghadap-Nya, sebab itulah panggilan kesuksesan yang sesungguhnya…

Hayya ‘alal Falaah
Hayya ‘alal Falaah

Marilah menuju kesuksesan
Marilah menuju kesuksesan…

Itulah kesuksesan sesungguhnya yaitu ketika seorang hamba telah memiliki kedekatan dengan Tuhannya..

Shalat adalah cara sukses dunia akhirat. Di sanalah seorang hamba mendapatkan kembali ketenangan jiwanya, semangat hidupnya, keyakinannya, dan kekuatan spiritualnya.

Kalau pun pekerjaan belum selesai,
utamakanlah menyambut seruan ilahi. Sebab ia lebih mulia dari apapun juga.

Imam Hasan Al-Banna pernah berpesan:

قُمْ إِلَى الصَّلاَةِ مَتَى سَمِعْتَ النِّدَاءَ مَهْمَا تَكُنِ الظُّرُوْفُ
Berdirilah melaksanakan shalat kapan engkau mendengar suara azan dalam keadaan bagaimanapun

***

Di tengah-tengah lautan kesibukan, luangkanlah waktu anda sejenak untuk mendengar untaian kalimat yang dahsyat dan memili kandungan makna yang sangat mendalam itu. Sebuah panggilan yang paling banyak dikumandangkan dalam sejarah kehidupan manusia hingga kini.

Allahu Akbar Allahu Akbar
….
Allah Maha Besar Allah Maha Besar

Allah lebih besar dari apapun juga, lebih patut diutamakan dari apa dan siapa saja. Allah lebih besar dari harta dan jabatan. Kekuasaan Allah lebih besar daripada kekuasaan pemerintah, bos atau atasan. Ketentuan Allah akan berlaku dan pasti terjadi daripada rencana dan planning jangka panjang yang sangat diinginkan seorang manusia dan sudah dipersiapkannya dengan matang. Maka patutlah untuk menghadapkan pinta dan menggantungkan harapan hanya kepada-Nya semata.

Ada yang istimewa dalam kata “Allahu Akbar” secara psikologis. Dalam bukunya mukjizat gerakan shalat, dr. Sagiran menyampaikan sebuah penelitian seorang ahli psikologi dari Belanda, Professor Vander Hoven yang mengumumkan temuan barunya dari penelitian tentang pengaruh membaca Al-Qur’an dan pengucapan kata Allah baik bagi pasien maupun orang normal. Beberapa pasiennya bahkan ada yang non Muslim, beberapa lainnya tidak tidak berbahasa arab sebagai bahasa ibu tapi tetap dilatih mengucapkan kata Allah. Hasil penelitiannya sungguh menakjubkan terutama pada mereka yang menderita dejection and tension. Harian Arab Saudi Al-Watan melaporkan bahwa Professor itu menyimpulkan, mereka orang muslim yang membaca Al-Qur’an dengan teratur dapat mencegah penyakit-penyakit psikologis. Professor itu juga menjelaskan tentang pengaruh dari kata Allah dalam penyembuhan psikologis.

***
Oleh: Dr. H. Umarulfaruq Abubakar, Lc., M.HI

Leave A Reply

Navigate