TIGA NIKMAT UTAMA

Pembaca yang budiman..

Sungguh kita berada dalam nikmat yang besar dan tak putus-putusnya. Kalau sekarang kita merasa menderita dan sengsara di tengah lautan nikmat yang banyak ini, mungkin karena terlalu tinggi angan-angan sehingga tidak sempat nikmat yang datang, atau karena kita tidak pernah puas dengan karunia.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar dan At-Thabarani, bahwa Rasulullah Saw..pernah bersabda:
مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِي سِرْبِهِ مُعَافًى فِي جَسَدِهِ عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ , فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا
“Barang siapa yang berpagi-pagi; kehidupannya aman, badannya sehat walafiat, , ada makanan untuk hari itu, maka sungguh telah diberikan padanya kehidupan dunia” (HR. At-Tirmidzi).

Bahagia itu sederhana, asal kita mau bersyukur atas setiap nikmat. Syukur memberi kita ruang untuk menikmati setiap karunia ini tanpa harus menunggu masa depan. Kita tidak lagi tergantung dengan hasil akhir, sebab kita bisa menikmati saat ini dengan penuh bahagia. Kalau pun hasil akhir datang sesuai harapan, maka bertambah pula kebahagiaan itu. Ucapan alhamdulilah menebar kebahagiaan dalam jiwa.

Terlalu tinggi kita berangan-angan, padahal saat ini kita sedang menikmati inti kehidupan dunia; kesehatan, keamanan dan ketersediaan makanan. Inilah pokok kenikmatan kita di dunia. Tiga unsur inilah yang menjadi inti kebahagiaan, bukan pada uang dan harta benda yang banyak.

Kekayaan menjadi terasa berarti apabila dibarengi oleh ketiga hal ini. Tanpa itu yang ada hanyalah kesusahan. Sebab kesehatan, keamanan, dan ketersediaan makanan langsung berhubungan dengan kita, sementara uang dan harta itu lebih banyak berhubungan dengan orang lain.
***

Leave A Reply

Navigate