Menghafal Al Quran itu penting.
Tapi membaca Al-Qur’an dengan tajwid yang benar lebih penting daripada menghafal Al-Qur’an. Sebab tanpa tajwid yang benar, maka akan seorang pembaca Al-Qur’an akan terjatuh pada banyak kesalahan makna dan arti.
Perintah untuk membaca Al-Qur’an dengan tajwid yang benar ditegaskan Allah dalam Surah Al-Muzammil,
وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلا
“dan bacalah Al Quran itu dengan tartil.” (Al-Muzzammil: 4)
Sahabat Ali bin Abi Thalib menyatakan bahwa arti tartil dalam ayat ini adalah mentajwidkan huruf-hurufnya dan mengetahui tempat-tempat waqaf (berhenti).
Ibnu Al-Jazari menyatakan :
Membaca Al-Qur’an dengan tajwid itu hukumnya wajib, siapa yang tidak membacanya dengan tajwid ia berdosa. Karena dengan tajwidlah Allah menurunkan Al-Qur’an, dan dengan demikian pula Al-Qur’an sampai kepada kita”
Untuk belajar tajwid perlu kesungguhan. Di zaman ini banyak kemudahan demi kemudahan yang bisa kita dapatkan, termasuk dalam belajar tajwid.
Banyak buku yang sudah diterbitkan, banyak program yang mudah diakses, flash dan video tajwid, muhadharah para ulama, bimbingan tajwid via telpon, dan lain sebagainya.
Tapi tetap saja kita memerlukan kehadiran seorang guru untuk belajar dan membimbing kita belajar Al-Qur’an, yang menunjukkan kepada kita bagaimana pengucapan huruf-huruf dengan baik, menerangkan tentang hukum-hukum tajwid, dan memperbaiki pengucapan kita belum tepat.
Sebab seringkali terjadi kita sudah merasa benar dalam tajwid, tapi ternyata masih diliputi banyak kesalahan tajwid.
Kita baru menyadari hal itu saat berhadapan dengan seorang guru.
Maka penting bagi kita mencari seorang guru yang bisa membetulkan bacaan kita. Terutama para asaatidz yang sudah mendapatkan ijazah sanad qiraah yang bersambung hingga Rasulullah Saw.
Sanad qiraah adalah pengakuan ketepatan bacaan Al-Qur’an yang diperoleh setelah seseorang memperdengarkan bacaannya kepada seorang ustadz yang sebelumnya sudah mendapatkan sanad juga dari gurunya.
Saya jadi teringat kepada para guru tajwid saya.
Sungguh besar jasa mereka dalam membuat kita bisa membaca Al-Qur’an dengan baik. Dalam hal tajwid, saya punya banyak guru. Ada tiga orang guru saya yang paling mengesankan hingga saat ini,
yaitu Ibu saya, Ust. Yusuf K. Rupu, Syekh Asyraf Hasanain, Syekh Izzat, dan Syekh Abdul Hamid.
Dari ibulah saya mengenal Al-Qur’an, belajar mengeja huruf-huruf Al-Qur’an dari Iqra 1 sampai Iqra 6 sampai akhirnya ikut wisuda khataman Al-Qur’an. Dari Ust Yusuf saya belajar tentang hukum-hukum tajwid lebih mendalam. Beliau mengajar saya ketika di Pondok Pesantren Alkhairaat Tilamuta.
Di Mesir, saya bertemu dengan banyak guru, salah satunya adalah Syekh Izzat yang berada di Masjid Az-Zahra, Hay ‘Asyir-Nasr City. Allah telah mengambil kedua matanya sehingga tidak dapat melihat, tapi Allah menjadikan hatinya terang benderang oleh Al-Qur’an.
Saya menyetorkan hafalan Al-Qur’an kepada beliau sampai beberapa waktu lamanya. Beliau sangat disiplin. Telinga beliau sangat peka mendengarkan bunyi setiap huruf Al-Qur’an.
Saya sering terkena marah karena penyebutan huruf yang kurang tepat.
Karena beliau tidak bisa melihat, maka seusai setoran hafalan Ba’da Shubuh atau Ba’da Ashar, saya menuntun beliau ke rumah. Kadang-kadang saya ke rumah beliau untuk menuntun beliau menuju mesjid.
Waktu berjalan dari rumah ke mesjid dan dari mesjid yang berjalan sekitar 200 meter itu saya rasakan sebagai saat-saat terindah dalam hidup.
Di saat-saat itulah saya mendapatkan motivasi dan nasehat yang berharga dalam menghafal Al-Qur’an, mendapatkan pelajaran hukum-hukum madd, pengucapan yang benar beberapa huruf, beberapa hukum tajwid lainnya.
Sangat penting kita talaqqi kepada guru.
Tak perlu malu, apabila ternyata guru kita itu jauh lebih muda, apabila ia memiliki kemampuan lebih dalam ilmu tajwid ini.
Ayo kita asah lagi kemampuan kita dalam tajwid…
(Disarikan dari Buku 10 Jurus Hafal Al Quran)